Sabtu, 29 April 2017

Riview Jurnal Akuntansi Komparatif Amerika dan Asia (Softskill)

TUGAS SOFTSKILL AKUNTANSI KOMPARATIF AMERIKA dan ASIA (RIVIEW TUGAS IV)


Nama Kelompok :
Dwi Ayu Larasati (22213664)
Dwi Puspita Agustin (22213693)
Nurul Maghfiroh Jufrin (26213733)
Puti Melati Khalishah (26213974)
Wa Ode Siti Hawani (29213185)

Nama Jurnal
Jurnal Ekonomi dan Manajemen
Volume / Halaman
 XIX, No. 3/ 231-250
Nama Penulis
Noer A Achsani, Arie Jayanthy F A Fauzi dan Piter Abdullah
Judul Jurnal
KETERKAITAN INFLASI DENGAN NILAI TUKAR RIIL :
ANALISIS KOMPARATIF ANTARA ASEAN+3, UNI EROPA DAN
AMERIKA UTARA
Tanggal Jurnal
Desember 2009
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat respon/kepekaan inflasi akibat fluktuasi (perubahan) nilai tukar di kawasan ASEAN+3 dan membandingkannya dengan kawasan kawasan Eropa dan Amerika Utara.
Metode Penelitian
Analisis eksploratif dan analisa panel data
Variabel Penelitian
Inflasi, nilai tukar riil, dan trend
Hasil Penelitian
Dari hasil estimasi model diatas, dapat dilihat bahwa meskipun nilai koefisien variabel RER1 lebih tinggi di kawasan non Asia dibandingan kawasan Asia, namun pada kawasan non Asia variabel RER1 tidak berpengaruh signifikan terhadap laju inflasi. Hal
ini menandakan bahwa depresiasi di kawasan Asia akan menimbulkan efek yang lebih tajam terhadap inflasi dibandingkan kawasan non Asia, atau dengan kata lain kepekaan inflasi akibat perubahan (dalam hal ini depresiasi) nilai tukar jauh lebih tinggi di kawasan
Asia (ASEAN+3) dibandingkan kawasan non Asia (Uni Eropa, Amerika Utara). Hal ini diperkuat kenyataan bahwa mata uang negara-negara kawasan Asia lebih rentan dan tidak stabil terhadap guncangan dibandingkan mata uang negara-negara kawasan non Asia, dengan demikian pengaruh/efek dari perubahan nilai tukar riil terhadap laju inflasi akan lebih besar di kawasan Asia, sedangkan di kawasan non Asia efeknya relatif kecil atau hampir tidak ada.
Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis komparatif keterkaitan inflasi dengan nilai tukar riil di kawasan Asia (ASEAN+3) dan non Asia (Uni Eropa, Amerika Utara), maka diperoleh dua kesimpulan. Pertama, terdapat korelasi yang kuat antara pergerakan inflasi dengan nilai tukar riil di sebagian besar negara-negara, selain itu untuk kasus seluruh kawasan dan kawasan Asia yang berlaku adalah hubungan kausalitas satu arah dimana baik tingkat depresiasi nilai tukar nominal maupun tingkat nilai tukar riil secara signifikan memiliki pengaruh terhadap laju inflasi. Sedangkan di kawasan non Asia hubungan kausalitas satu arah justru terjadi dimana laju inflasi yang memiliki pengaruh secara signifikan baik terhadap tingkat depresiasi nilai tukar nominal maupun tingkat nilai tukar riil. Kedua, Pada model seluruh kawasan, hasil interaksi dummy kawasan dengan setiap variabel yang mempengaruhi laju inflasi ternyata memungkinkan membagi menjadi dua model yaitu model kawasan Asia dan non Asia, dan ditemukan bahwa terdapat perbedaan pola perilaku variable RER1, DPF, DE terhadap laju inflasi antara kawasan Asia dan non Asia. Dummy krisis yang dimasukkan dalam model menunjukan bahwa perbedaan perilaku inflasi antara sebelum dan sesudah terjadinya Asian Financial Crisis (AFC) hanya di kawasan Asia. Lebih lanjut ternyata respon/kepekaan inflasi terhadap perubahan nilai tukar riil lebih tinggi di kawasan Asia dibandingkan kawasan non Asia. Berdasarkan penelitian penulis dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang erat antara nilai tukar riil dan laju inflasi, dimana terdepresiasinya nilai tukar riil akan mendorong peningkatan laju inflasi, terutama untuk kawasan Asia. Pentingnya mengelola inflasi sebagai ukuran stabilitas perekonomian suatu negara mengharuskan adanya koordinasi Bank Sentral dan pemerintah dalam langkah pengendalian laju inflasi. Dengan melihat eratnya kaitan antara nilai tukar riil dan laju inflasi, maka Bank Sentral dengan otoritas moneternya dapat menjadikan kebijakan moneter melalui saluran nilai tukar sebagai jalur kebijakan untuk mencapai sasaran inflasi.
Pendapat Mengenai Jurnal
Dari peneltian tersebut kita mengetahui bahwa penting nya mengelola inflasi sebagai ukuran stabilitas perekonmian suatu Negara dan mengharuskan adanya koordinasi bank setral dan pemerintah dalam mengendalikan laju inflasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 29 April 2017

Riview Jurnal Akuntansi Komparatif Amerika dan Asia (Softskill)

TUGAS SOFTSKILL AKUNTANSI KOMPARATIF AMERIKA dan ASIA (RIVIEW TUGAS IV)


Nama Kelompok :
Dwi Ayu Larasati (22213664)
Dwi Puspita Agustin (22213693)
Nurul Maghfiroh Jufrin (26213733)
Puti Melati Khalishah (26213974)
Wa Ode Siti Hawani (29213185)

Nama Jurnal
Jurnal Ekonomi dan Manajemen
Volume / Halaman
 XIX, No. 3/ 231-250
Nama Penulis
Noer A Achsani, Arie Jayanthy F A Fauzi dan Piter Abdullah
Judul Jurnal
KETERKAITAN INFLASI DENGAN NILAI TUKAR RIIL :
ANALISIS KOMPARATIF ANTARA ASEAN+3, UNI EROPA DAN
AMERIKA UTARA
Tanggal Jurnal
Desember 2009
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat respon/kepekaan inflasi akibat fluktuasi (perubahan) nilai tukar di kawasan ASEAN+3 dan membandingkannya dengan kawasan kawasan Eropa dan Amerika Utara.
Metode Penelitian
Analisis eksploratif dan analisa panel data
Variabel Penelitian
Inflasi, nilai tukar riil, dan trend
Hasil Penelitian
Dari hasil estimasi model diatas, dapat dilihat bahwa meskipun nilai koefisien variabel RER1 lebih tinggi di kawasan non Asia dibandingan kawasan Asia, namun pada kawasan non Asia variabel RER1 tidak berpengaruh signifikan terhadap laju inflasi. Hal
ini menandakan bahwa depresiasi di kawasan Asia akan menimbulkan efek yang lebih tajam terhadap inflasi dibandingkan kawasan non Asia, atau dengan kata lain kepekaan inflasi akibat perubahan (dalam hal ini depresiasi) nilai tukar jauh lebih tinggi di kawasan
Asia (ASEAN+3) dibandingkan kawasan non Asia (Uni Eropa, Amerika Utara). Hal ini diperkuat kenyataan bahwa mata uang negara-negara kawasan Asia lebih rentan dan tidak stabil terhadap guncangan dibandingkan mata uang negara-negara kawasan non Asia, dengan demikian pengaruh/efek dari perubahan nilai tukar riil terhadap laju inflasi akan lebih besar di kawasan Asia, sedangkan di kawasan non Asia efeknya relatif kecil atau hampir tidak ada.
Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis komparatif keterkaitan inflasi dengan nilai tukar riil di kawasan Asia (ASEAN+3) dan non Asia (Uni Eropa, Amerika Utara), maka diperoleh dua kesimpulan. Pertama, terdapat korelasi yang kuat antara pergerakan inflasi dengan nilai tukar riil di sebagian besar negara-negara, selain itu untuk kasus seluruh kawasan dan kawasan Asia yang berlaku adalah hubungan kausalitas satu arah dimana baik tingkat depresiasi nilai tukar nominal maupun tingkat nilai tukar riil secara signifikan memiliki pengaruh terhadap laju inflasi. Sedangkan di kawasan non Asia hubungan kausalitas satu arah justru terjadi dimana laju inflasi yang memiliki pengaruh secara signifikan baik terhadap tingkat depresiasi nilai tukar nominal maupun tingkat nilai tukar riil. Kedua, Pada model seluruh kawasan, hasil interaksi dummy kawasan dengan setiap variabel yang mempengaruhi laju inflasi ternyata memungkinkan membagi menjadi dua model yaitu model kawasan Asia dan non Asia, dan ditemukan bahwa terdapat perbedaan pola perilaku variable RER1, DPF, DE terhadap laju inflasi antara kawasan Asia dan non Asia. Dummy krisis yang dimasukkan dalam model menunjukan bahwa perbedaan perilaku inflasi antara sebelum dan sesudah terjadinya Asian Financial Crisis (AFC) hanya di kawasan Asia. Lebih lanjut ternyata respon/kepekaan inflasi terhadap perubahan nilai tukar riil lebih tinggi di kawasan Asia dibandingkan kawasan non Asia. Berdasarkan penelitian penulis dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang erat antara nilai tukar riil dan laju inflasi, dimana terdepresiasinya nilai tukar riil akan mendorong peningkatan laju inflasi, terutama untuk kawasan Asia. Pentingnya mengelola inflasi sebagai ukuran stabilitas perekonomian suatu negara mengharuskan adanya koordinasi Bank Sentral dan pemerintah dalam langkah pengendalian laju inflasi. Dengan melihat eratnya kaitan antara nilai tukar riil dan laju inflasi, maka Bank Sentral dengan otoritas moneternya dapat menjadikan kebijakan moneter melalui saluran nilai tukar sebagai jalur kebijakan untuk mencapai sasaran inflasi.
Pendapat Mengenai Jurnal
Dari peneltian tersebut kita mengetahui bahwa penting nya mengelola inflasi sebagai ukuran stabilitas perekonmian suatu Negara dan mengharuskan adanya koordinasi bank setral dan pemerintah dalam mengendalikan laju inflasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar