Kamis, 11 Desember 2014

Our Love Story (Masa Lalu...)

Our Love Story
Bab 1. Masa Lalu…
By : Nurul MJ


Ini adalah cerita dan cerbung pertama saya yang dipublish, deg-degkan banget, sumpah! kritik dan saran apapun saya terima demi meningkatkan kemampuan menulis. Saya masih pemula banget, jadi masih anget-anget bau kencur dalam bidang menulis. Tapi saya harapkan agar para bloggers juga pengguna internet yang ingin memberikan kritik maupun saran menggunakan bahasa yang sopan. Tunjukkanlah kita sebagai manusia berakal budi dan beretika baik. Hei, itu ciri khas bangsa. Happy reading guys.................

Manusia makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan. Sadarkah kalian jika manusia juga merupakan makhluk yang paling lemah? Lemah dalam arti yang sebenarnya. Apa kalian merasakan jika kalian takkan pernah bisa melakukan sesuatu tanpa hadirnya oranglain? Seegoisnya dan seangkuhnya manusia pasti dia memiliki titik tumpul yang mengharuskan dia meminta bantuan oranglain. Bagaimana menurutmu?


“sorry, malam ini gue nggak bisa, lu tau kan Kiren ngajak gue nonton. Gue nggak mau bikin dia kecewa. Oh iya kalau makalah kita udah selesai nanti gue traktir donat, mau kan?”
“ta..—“
“oke, gue jalan dulu. Bye Rere!!” entah sengaja menulikan telinganya atau tidak pria itu, sahabatku juga pria yang memiliki hatiku dan cinta pertamaku, dia pergi begitu saja. Tanpa mau mendengarkan pembelaan dan keluhku, dia pergi meninggalkanku untuk berkencan dengan gadis yang sudah dipacarinnya selama 4 bulan.
“andai saja bukan karna senyumanmu, aku nggak akan mau berdiam dengan kertas-kertas yang membuatku semakin kesal. Ahhrgghh menyedihkan!!” sekian kalinya aku menangis, menangisi seorang pria bodoh.
Manusia takkan pernah menjadi makhluk kuat. Karna itu sudah menjadi takdir kita. Kemampuan yang bisa dibanggakan oleh manusia adalah pikiran dan hati. Pikiran adalah senjata dan hati sebagai temeng. Kita bukan malaikat maupun iblis, kita manusia. Tak sesempurna malaikat maupun tak sepicik iblis.
“Win, ke kantin yuk. Gue laper banget dari rumah belum sarapan.” Ucap Rere dengan senyum rayuannya.
“ok, tapi bentar dulu catatan gue belum selesai nih.” Jawab Windi tanpa mengalihkan tatapannya dari papan tulis.
“yaudah gue tunggu digajebo, cepetan nulisnya!”
“heem.” Windi menggumam sambil menaik-turunkan kepalanya.
Rere anak yang periang dan easy going dikampusnya, jadi jangan heran setiap ia berjalan di koridor sekolah, kantin, perpus, bahkan toilet sekalipun pasti ada yang memanggil namanya dan tersenyum kepadanya. Dia hanya siswi biasa, tak kaya juga tak cantik tapi teman-temannya selalu berkata bahwa ia manis. Dengan tubuh yang kecil juga wajah yang selalu menampilkan senyuman layaknya anak playgroup. Mereka yang hanya mengenal Rere dari luar selalu berpikir, hidupnya tak memiliki beban. Mereka salah! Hanya Windi yang mengetahui rahasia besar miliknya.
Puk.
Rere menoleh kebelakang saat dirasakan bahunya ditepuk oleh sesuatu.
“hei.” Ohh ternyata yang menepuknya adalah Ka Dio wakil presiden kampus.
“halo kak.” Rere membalas sapaan dari seniornya tak lupa dengan senyuman khasnya.
‘haaa.. manisnya’ batin Dio.
“sendirian? Mana Windi?” Tanya Dio dengan suara yang eheemm sedikit gugup.
“dia masih dikelas.” jawab Rere.
Dio pun menganggukkan kepalanya sambil ber’oh’ ria.
“aku ke gajebo dulu kak, dah ka Dio!” 
Dio pun tersenyum memandangi punggung kecil Rere yang berlari sambil sesekali melambaikan tangan kearahnya. Dia terus berdiri hingga jarak pandang ke punggung kecil tersebut menghilang.
Sesampainya digajebo, Rere hanya diam menatapi masa-masa kecilnya. Haaahh… masa kecilku yang bahagia kenapa begitu singkat, batinnya. Jika membandingkan hal yang dulu dengan sekarang semuanya tampak kontras. Ia sangat merindukan, merindukan genggaman hangat pria kecil, merindukan tangisan cengeng pria kecil, dan pernyataan cinta yang terlupakan.
“anak itu kemana sih, apa dia kekantin duluan ya? Mungkin lebih baik kesana aja, daripada duduk sendirian.”
Suasana dikantin sangat ramai , panas, juga menegangkan yang hanya berlaku untuk Rere. Kenapa begitu? Dihadapannya, pria yang disayangi sekaligus dicintainya kini sedang bermesraan dengan wanita yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri. Tak sanggup melihatnya, sekuat tenaga ia berbalik dari keterkejutannya. Namun tanpa disadarinya, seperkian detik ada sepasang mata yang menatapnya dengan sendu dan sarat akan kepahitan.
Berlari, berlari dan berlari. Tak dipedulikannya makian serta bentakan orang-orang yang ditabraknya. Saat tenaganya sudah mencapai batas, ia pun berhenti. Tanpa sadar ia sudah berdiri didekat toko kue.
“onny, mau kue cepelti itu.” (Donny mau kue seperti itu)
“eh? Tapi onny cama lele kan nggak bawa uang.” (eh? Tapi Donny sama rere kan nggak bawa uang)
“hmm, yaudah nanti onny mau minta ayah aja.”
“ayo kita bilang ke ayah, aku juga mau lasa clobeli.” (ayo kita bilang ke ayah, aku juga mau rasa stroberi)
“lele gausah minta, nanti onny yang beliin lele. Onny kan plia cejati jadi hayus keyen.” (rere gausah minta, nanti Donny yang beliin Rere. Donny kan pria sejati harus keren).
“ish onny nggak keyen, yang keyen itu cupelmen tau. Dia tinggi teyus kuat bisa angkat ombin kalo onny itu cengeng bukan keyen.” (ish Donny nggak keren, yang eren itu superman tau. Dia tinggi terus kuat bisa angkat mobil kalo Donny itu cengeng bukan keren).
“kok lele ngomongnya gitu, liat aja kalo onny becal onny pasti kayak om cupelmen, teyus lele pasti akan cuka cama onny teyus kita bakalan balen-baleng teyus. Hehehe” (kok rere ngomongnya gitu, liat aja kalo Donny besar, Donny pasti kayak om supermen, terus rere pasti akan suka sama Donny terus kita bakalan bareng-bareng terus. Hehehe)
“onny mau kalo lele baleng onny celamanya? Onny janji?” (Donny mau kalo rere bareng Donny selamanya? Donny janji?)
“huum! Onny janji, onny juga janji kalau onny becal nanti onny bakalan beliin lele kue clobeli yang anyaakkk.” (huum! Donny juga janji kalau Donny besar nanti Donny bakalan beliin rere kue stroberi yang banyaakk)
Mereka pun saling menautkan jari kelingking tanda sebagai janji. Mereka pun pulang sambil bergadengan dan bernyanyi sepanjang perjalanan pulang kerumah.
BACK TO Present
“hanya aku yang menganggap ucapanmu sebagai janji, janji yang tulus. Bodohnya aku, percaya omongan bocah berumur 4 tahun. Aku tak sanggup jika melihatmu yang pergi, maka lebihbaik aku pergi duluan.” Ucapnya sambil menghapus cairan bening dipelupuk matanya.

Manusia diciptakan memiliki pikiran, namun ada saatnya manusia menjadi makhluk terbodoh saat menghadapi persimpangan dalam hidupnya. Bodoh karna mau mengikuti jejak iblis yang menggodanya. Bodoh karna matanya tertutup oleh duniawi sehingga mereka tak pernah melihat sesuatu yang tak kasat mata. Bukan hantu! Tapi perhatian tulus dan cinta yang diberikan oleh oranglain secara tersembunyi. Mereka sadar tapi mereka mengabaikan dan memilih hal yang lebih realitis daripada hal yang tak jelas. Tak salah tapi suatu saat akan menjadi masalah untuk diri sendiri.

“apa yang harus kita lakukan, kita nggak bisa kayak gini terus selamanya.”
“sudahlah, buat apa sih kamu khawatir, ‘dia’ itu teman kita justru akan mendukung hubungan kita jadi kamu tenang aja.”
“lebih baik aku pergi saja, ‘dia’ pasti udah kelaparan.”
“duduk! Hei, bisakah kita lanjutin kegiatan makan ini? Aku sudah lapar sayang.” Ucap pria itu dengan suara yang DIPAKSAKAN melembut.
Sang cewek hanya bisa mendesah melihat tingkah sang pacar, benar sang pacar. Entah benar atau tidak tindakan mereka, yang pasti saat ini dia sangat bahagia. Terlalu lama memendam perasaan dan akhirnya dia bisa memiliki status cowok yang berada disampingnya. Walaupun, jujur ia juga merasa gelisah dan tak tenang bagaimana ia harus menceritakan kepada’nya’.
“baiklah Donny sayang, kita lanjutkan sesi makan yang tertunda. Mana mulutnya… aaaaa..” sebut saja egois atau keras kepala ia tak peduli, seharusnya ia memanfaatkan saat-saat seperti ini. Berduaan dengan cowok yang dicintainya juga makan penuh dengan cinta.
Entah karna sudah dimabukkan oleh cinta, mereka seakan lupa dengan ruang dan waktu. Tak disadari oleh sang cewek, kini cowok memiliki tubuh tinggi dan atletis itu menampilkan senyum misterius dengan tatapan kearah jendela, tatapan miliknya penuh sorot mata yang sulit diartikan.

Dirumah yang sederhana namun penuh dengan kesejukkan disetiap sudutnya, pintu kamar biasa dihiasi oleh gambar-gambar anime dan bertulisan Rere’s room berbunyi dan terbuka menandakan sang penghuni kamar keluar dari lingkungan habitatnya. Ia berjalan lunglai menuju dapur. Ia sangat kehausan, padahal berjalan saja tak sanggup dan sekarang harus kedapur. Kalo tak mengingat akan dehidrasi mungkin saat ini ia masih berbaring nyaman dan membuat basah bantal-bantalnya. Saat melewati ruang tamu tanpa sengaja ia melihat sang ayah duduk dengan santai meminum teh hangatnya sembari menonton politik di salah satu stasiun televisi. Ia menghampiri sang ayah dan duduk disampingnya, tak lupa dengan segelas air yang dibawanya dari dapur. “ayah kapan pulang?” tanyanya bingung. Wajar. Ini baru pukul 2 siang jarang sekali ayahnya pulang saat matahari masih muncul dilangit.
Sang ayah yang memilik garis wajah yang tegas dan gurat lelah tapi tetap menampilkan kesan lembut, beliau meletakkan cangkir tehnya dan menatap putri dan juga satu-satunya keluarga kecil yang ia miliki. “tadi rapat dikantor ayah selesai lebih cepat, apa hari ini putri ayah nggak kuliah? Kau membolos?”
Dengan gagap dan salah tingkah gadis yang ternyata Rere menjawab “ma..maaf yah, hari ini Rere kurang enak badan jadi rere meliburkan diri te..terus matakuliah rere juga Cuma 2 jam. Tapi rere juga salah nggak bilang sama ayah, ja..jadi rere minta maaf.”
“baiklah, anak ayah juga sudah pandai berbohong. Apa sekarang Rere lagi jatuh cinta? Atau putus cinta?”
“ehh?? Kenapa ayah bisa ta---- ups” menyadari hampir kelepasan bicara, rere menutup mulutnya.
Sang ayah terkekeh melihat tingkah rere, walaupun sudah besar ternyata masih sama dengan putri kecilnya. “hahaha, ayah memang pria sibuk tapi bukan berarti tak mengetahui apapun tentang putri kecil ayah, My princess.”
Dengan kesal rere mencubit kecil lengan ayahnya. “aku sudah besar yah! Lihat aku berbeda dengan princess ayah yang dulu. Sekarang princesess ayah berubah jadi queen. Hohoho.” Ucapnya dengan mencondongkan dan membanggakan diri.
“apanya yang berubah? Oh iya, tinggi badanmu berubah 42 cm.” jawab sang ayah dengan nada meremehkan.
“jangan sebut yang ituuu…!!!” hiks ayah tega sekali. Lanjutnya dibatin.
“hahaha, oke oke.” Mereka tertawa dan saling bercanda. Mereka melakukannya seperti melepaskan rindu masing-masing. Kesibukkan sang ayah dan kegiatan Rere, mereka hanya memiliki sedikit waktu dan peluang untuk saling berbicara akrab. Mereka saling menyayangi layaknya keluarga normal. Ya, keluarga normal.
Ayah menghentikan tawanya, dan merubah suasana menjadi tegang dan serius. “Re, ayah dipindah tugaskan ke jepang. Minggu depan kita berangkat. Ayah sudah mendaftarkanmu ke universitas. Dan disana kamu bisa lebih sering mengunjungi mama.”
“a..apa? minggu depan?” kaget. Tentu saja. Mendadak dan tanpa persiapan. Namun sekelebat bayangan beberapa hari yang lalu membuatnya berubah pikiran. “baik, Rere mau.” Jawabnya tenang.
“hemm, persiapkan dirimu. Ayah harus pergi kekantor buat mengurus kepindahan kita.”
“jadi ayah pulang Cuma mau bilang hal itu ke Rere?”
“tentu saja, ayah nggak mau memaksa kamu jadi ayah mau mendengar pendapatmu.”
“ayah udah makan siang?”
“sudah my princess, dadah.” Rere mendengar mobilnya ayahnya menjauh, pertahanannya pun runtuh. Ia menangis. Lagi dan lagi.

Pelangi akan muncul saat hujan berhenti. Matahari akan muncul saat badai dan petir menghilang. Bunga akan mekar saat salju tak lagi turun. kebahagian akan dirasakan saat penderitaan dan cobaan telah dilalui.

Hari demi hari dilewati Rere dengan normal, beraktifitas normal, berbicara normal, bercanda dengan normal dan tersenyum dengan normal. Semua dilakukan sebagai perlawanan rasa sakit yang dirasakannya. Mereka tak tahu bahwa dibalik candaan yang dikeluarkannya hanyalah benteng rasa sakit akibat takdir atau mungkin cobaan hidupnya. Kesepian dan kehilangan.
Tak terasa seminggu telah berlalu, jadwal kepindahannya pun telah tiba. Saat ini, ia duduk dibandara menanti ayahnya yang sedang berbicara dengan relasi dan atasan beliau. Ditatapinya smartphone dengan wallpaper kucing. Bodoh. Ia adalah perempuan terbodoh, mengharapkan sesuatu yang mulai ia lupakan.
“ayo, udah waktunya.” Suara ayah, membangunkannya kembali dari alam bawah sadar.
Tersenyum. Ia menatap kearah jendela.  “iya.” Jawabnya. Lalu ia pun berdiri dan melangkah menuju kearah kehidupannya yang baru. Sesuatu yang baru harus diawali dengan hal yang indah, ya kan ? jadi tak ada salahnya sekarang ia tersenyum. Senyuman untuk masa lalunya dan senyuman untuk masa depannya.
……Disisi lain…..
“hari ini kita nonton film romance aja ya honey.” Suara manja khas perempuan terdengar begitu menjijikan untuk dirinya.
“hon..”
“hon..”
“honey!”
“woy Donny!” kesal karna diabaikan, sadar atau tidak sekarang perempuan itu berteriak didepan telinga sang pacar.
“ck, gue denger lo kali Win, gausah pake teriak. Nggak malu tuh diliatin orang banyak? Dasar cewek kampungan. Ngaku kaya tapi tingkah kayak orang hutan. Mungkin attitude mereka lebih baik dari lo.”
“kok jadi gue yang dimarahin sih, ini gara-gara lo yang daritadi kebanyakan melamun.”
“terserah lo, sekarang gue mau pulang. Lo masih mau nonton atau ikut pulang, terserah lo.”
“hah? Pulang? Kita baru aja sampai.”
“boam.” Jawabnya acuh.

Jalanan ibukota metropolitan tak luput dari waktu. Walaupun jam sudah menempati angka 9 yang tentunya langit sudah sangat gelap. Dihiasi dengan aneka ragam cahaya warna-warni dibumi maupun dilangit. Tak butuh waktu yang lama akhirnya mobil itu sampai ketempat tujuannya. Turun dari mobil lalu membuka pagar rumah yang terkunci dan memencet bel rumah. 5 menit sudah dilakukannya dengan memencet dan mengetok pintu rumah tersebut. Tak ada satu orang pun yang keluar. Saat kesal dan lelah memuncak, suatu kebetulan ada seorang keamanan yang berkeliling. Ia pun bertanya kepada keamanan tersebut. Jawaban yang dilontarkan oleh keamanan yang bernama supri membuatnya terpekik terkejut.
Menyesal. Dia menyesal. Semua rencananya hampir selesai, namun bukanya keberhasilan yang didapatnya malah kehilangan lah yang ia peroleh.
Kini ia sadar, rencana yang ia pikir akan membawa bahagia kini malah kepergian sang pujaan hati didapatkannya.
“maaf, aku hanya ingin mengujimu. Aku tak ingin mengacuhkanmu. Itu juga menyiksaku. Berdekatan dengan wanita lain didepanmu dan masang wajah dingin dihadapanmu. Sangat menyakitkan. Sekarang kamu pergi, tak ada satupun kata-kata perpisahan. Andai saja, aku ingin sekali membuatmu bahagia. Katanya kita akan bersama selamanya, janji kita berdua. Dan nyatanya kamu pergi. Karna kebodohanku yang meragukanmu.”  Hanya kata-kata rutukkan juga penyesalan yang mampu dilontarkannya. Ia tak dapat berpikir dengan tenang. Malaikat manisnya pergi. Dan itu karna rencana bodohnya.
“jika kau pergi, maka yang harus kulakukan adalah membuatmu kembali. Kupastikan saat itu kau hanya untukku. Milikku. Kita bersama selamanya, my princess. Tunggu pangeranmu untuk menaiki tahtanya dan menjemptmu ke istana kita berdua, sayang.” Ucapnya dengan senyuman absolut   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 11 Desember 2014

Our Love Story (Masa Lalu...)

Our Love Story
Bab 1. Masa Lalu…
By : Nurul MJ


Ini adalah cerita dan cerbung pertama saya yang dipublish, deg-degkan banget, sumpah! kritik dan saran apapun saya terima demi meningkatkan kemampuan menulis. Saya masih pemula banget, jadi masih anget-anget bau kencur dalam bidang menulis. Tapi saya harapkan agar para bloggers juga pengguna internet yang ingin memberikan kritik maupun saran menggunakan bahasa yang sopan. Tunjukkanlah kita sebagai manusia berakal budi dan beretika baik. Hei, itu ciri khas bangsa. Happy reading guys.................

Manusia makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan. Sadarkah kalian jika manusia juga merupakan makhluk yang paling lemah? Lemah dalam arti yang sebenarnya. Apa kalian merasakan jika kalian takkan pernah bisa melakukan sesuatu tanpa hadirnya oranglain? Seegoisnya dan seangkuhnya manusia pasti dia memiliki titik tumpul yang mengharuskan dia meminta bantuan oranglain. Bagaimana menurutmu?


“sorry, malam ini gue nggak bisa, lu tau kan Kiren ngajak gue nonton. Gue nggak mau bikin dia kecewa. Oh iya kalau makalah kita udah selesai nanti gue traktir donat, mau kan?”
“ta..—“
“oke, gue jalan dulu. Bye Rere!!” entah sengaja menulikan telinganya atau tidak pria itu, sahabatku juga pria yang memiliki hatiku dan cinta pertamaku, dia pergi begitu saja. Tanpa mau mendengarkan pembelaan dan keluhku, dia pergi meninggalkanku untuk berkencan dengan gadis yang sudah dipacarinnya selama 4 bulan.
“andai saja bukan karna senyumanmu, aku nggak akan mau berdiam dengan kertas-kertas yang membuatku semakin kesal. Ahhrgghh menyedihkan!!” sekian kalinya aku menangis, menangisi seorang pria bodoh.
Manusia takkan pernah menjadi makhluk kuat. Karna itu sudah menjadi takdir kita. Kemampuan yang bisa dibanggakan oleh manusia adalah pikiran dan hati. Pikiran adalah senjata dan hati sebagai temeng. Kita bukan malaikat maupun iblis, kita manusia. Tak sesempurna malaikat maupun tak sepicik iblis.
“Win, ke kantin yuk. Gue laper banget dari rumah belum sarapan.” Ucap Rere dengan senyum rayuannya.
“ok, tapi bentar dulu catatan gue belum selesai nih.” Jawab Windi tanpa mengalihkan tatapannya dari papan tulis.
“yaudah gue tunggu digajebo, cepetan nulisnya!”
“heem.” Windi menggumam sambil menaik-turunkan kepalanya.
Rere anak yang periang dan easy going dikampusnya, jadi jangan heran setiap ia berjalan di koridor sekolah, kantin, perpus, bahkan toilet sekalipun pasti ada yang memanggil namanya dan tersenyum kepadanya. Dia hanya siswi biasa, tak kaya juga tak cantik tapi teman-temannya selalu berkata bahwa ia manis. Dengan tubuh yang kecil juga wajah yang selalu menampilkan senyuman layaknya anak playgroup. Mereka yang hanya mengenal Rere dari luar selalu berpikir, hidupnya tak memiliki beban. Mereka salah! Hanya Windi yang mengetahui rahasia besar miliknya.
Puk.
Rere menoleh kebelakang saat dirasakan bahunya ditepuk oleh sesuatu.
“hei.” Ohh ternyata yang menepuknya adalah Ka Dio wakil presiden kampus.
“halo kak.” Rere membalas sapaan dari seniornya tak lupa dengan senyuman khasnya.
‘haaa.. manisnya’ batin Dio.
“sendirian? Mana Windi?” Tanya Dio dengan suara yang eheemm sedikit gugup.
“dia masih dikelas.” jawab Rere.
Dio pun menganggukkan kepalanya sambil ber’oh’ ria.
“aku ke gajebo dulu kak, dah ka Dio!” 
Dio pun tersenyum memandangi punggung kecil Rere yang berlari sambil sesekali melambaikan tangan kearahnya. Dia terus berdiri hingga jarak pandang ke punggung kecil tersebut menghilang.
Sesampainya digajebo, Rere hanya diam menatapi masa-masa kecilnya. Haaahh… masa kecilku yang bahagia kenapa begitu singkat, batinnya. Jika membandingkan hal yang dulu dengan sekarang semuanya tampak kontras. Ia sangat merindukan, merindukan genggaman hangat pria kecil, merindukan tangisan cengeng pria kecil, dan pernyataan cinta yang terlupakan.
“anak itu kemana sih, apa dia kekantin duluan ya? Mungkin lebih baik kesana aja, daripada duduk sendirian.”
Suasana dikantin sangat ramai , panas, juga menegangkan yang hanya berlaku untuk Rere. Kenapa begitu? Dihadapannya, pria yang disayangi sekaligus dicintainya kini sedang bermesraan dengan wanita yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri. Tak sanggup melihatnya, sekuat tenaga ia berbalik dari keterkejutannya. Namun tanpa disadarinya, seperkian detik ada sepasang mata yang menatapnya dengan sendu dan sarat akan kepahitan.
Berlari, berlari dan berlari. Tak dipedulikannya makian serta bentakan orang-orang yang ditabraknya. Saat tenaganya sudah mencapai batas, ia pun berhenti. Tanpa sadar ia sudah berdiri didekat toko kue.
“onny, mau kue cepelti itu.” (Donny mau kue seperti itu)
“eh? Tapi onny cama lele kan nggak bawa uang.” (eh? Tapi Donny sama rere kan nggak bawa uang)
“hmm, yaudah nanti onny mau minta ayah aja.”
“ayo kita bilang ke ayah, aku juga mau lasa clobeli.” (ayo kita bilang ke ayah, aku juga mau rasa stroberi)
“lele gausah minta, nanti onny yang beliin lele. Onny kan plia cejati jadi hayus keyen.” (rere gausah minta, nanti Donny yang beliin Rere. Donny kan pria sejati harus keren).
“ish onny nggak keyen, yang keyen itu cupelmen tau. Dia tinggi teyus kuat bisa angkat ombin kalo onny itu cengeng bukan keyen.” (ish Donny nggak keren, yang eren itu superman tau. Dia tinggi terus kuat bisa angkat mobil kalo Donny itu cengeng bukan keren).
“kok lele ngomongnya gitu, liat aja kalo onny becal onny pasti kayak om cupelmen, teyus lele pasti akan cuka cama onny teyus kita bakalan balen-baleng teyus. Hehehe” (kok rere ngomongnya gitu, liat aja kalo Donny besar, Donny pasti kayak om supermen, terus rere pasti akan suka sama Donny terus kita bakalan bareng-bareng terus. Hehehe)
“onny mau kalo lele baleng onny celamanya? Onny janji?” (Donny mau kalo rere bareng Donny selamanya? Donny janji?)
“huum! Onny janji, onny juga janji kalau onny becal nanti onny bakalan beliin lele kue clobeli yang anyaakkk.” (huum! Donny juga janji kalau Donny besar nanti Donny bakalan beliin rere kue stroberi yang banyaakk)
Mereka pun saling menautkan jari kelingking tanda sebagai janji. Mereka pun pulang sambil bergadengan dan bernyanyi sepanjang perjalanan pulang kerumah.
BACK TO Present
“hanya aku yang menganggap ucapanmu sebagai janji, janji yang tulus. Bodohnya aku, percaya omongan bocah berumur 4 tahun. Aku tak sanggup jika melihatmu yang pergi, maka lebihbaik aku pergi duluan.” Ucapnya sambil menghapus cairan bening dipelupuk matanya.

Manusia diciptakan memiliki pikiran, namun ada saatnya manusia menjadi makhluk terbodoh saat menghadapi persimpangan dalam hidupnya. Bodoh karna mau mengikuti jejak iblis yang menggodanya. Bodoh karna matanya tertutup oleh duniawi sehingga mereka tak pernah melihat sesuatu yang tak kasat mata. Bukan hantu! Tapi perhatian tulus dan cinta yang diberikan oleh oranglain secara tersembunyi. Mereka sadar tapi mereka mengabaikan dan memilih hal yang lebih realitis daripada hal yang tak jelas. Tak salah tapi suatu saat akan menjadi masalah untuk diri sendiri.

“apa yang harus kita lakukan, kita nggak bisa kayak gini terus selamanya.”
“sudahlah, buat apa sih kamu khawatir, ‘dia’ itu teman kita justru akan mendukung hubungan kita jadi kamu tenang aja.”
“lebih baik aku pergi saja, ‘dia’ pasti udah kelaparan.”
“duduk! Hei, bisakah kita lanjutin kegiatan makan ini? Aku sudah lapar sayang.” Ucap pria itu dengan suara yang DIPAKSAKAN melembut.
Sang cewek hanya bisa mendesah melihat tingkah sang pacar, benar sang pacar. Entah benar atau tidak tindakan mereka, yang pasti saat ini dia sangat bahagia. Terlalu lama memendam perasaan dan akhirnya dia bisa memiliki status cowok yang berada disampingnya. Walaupun, jujur ia juga merasa gelisah dan tak tenang bagaimana ia harus menceritakan kepada’nya’.
“baiklah Donny sayang, kita lanjutkan sesi makan yang tertunda. Mana mulutnya… aaaaa..” sebut saja egois atau keras kepala ia tak peduli, seharusnya ia memanfaatkan saat-saat seperti ini. Berduaan dengan cowok yang dicintainya juga makan penuh dengan cinta.
Entah karna sudah dimabukkan oleh cinta, mereka seakan lupa dengan ruang dan waktu. Tak disadari oleh sang cewek, kini cowok memiliki tubuh tinggi dan atletis itu menampilkan senyum misterius dengan tatapan kearah jendela, tatapan miliknya penuh sorot mata yang sulit diartikan.

Dirumah yang sederhana namun penuh dengan kesejukkan disetiap sudutnya, pintu kamar biasa dihiasi oleh gambar-gambar anime dan bertulisan Rere’s room berbunyi dan terbuka menandakan sang penghuni kamar keluar dari lingkungan habitatnya. Ia berjalan lunglai menuju dapur. Ia sangat kehausan, padahal berjalan saja tak sanggup dan sekarang harus kedapur. Kalo tak mengingat akan dehidrasi mungkin saat ini ia masih berbaring nyaman dan membuat basah bantal-bantalnya. Saat melewati ruang tamu tanpa sengaja ia melihat sang ayah duduk dengan santai meminum teh hangatnya sembari menonton politik di salah satu stasiun televisi. Ia menghampiri sang ayah dan duduk disampingnya, tak lupa dengan segelas air yang dibawanya dari dapur. “ayah kapan pulang?” tanyanya bingung. Wajar. Ini baru pukul 2 siang jarang sekali ayahnya pulang saat matahari masih muncul dilangit.
Sang ayah yang memilik garis wajah yang tegas dan gurat lelah tapi tetap menampilkan kesan lembut, beliau meletakkan cangkir tehnya dan menatap putri dan juga satu-satunya keluarga kecil yang ia miliki. “tadi rapat dikantor ayah selesai lebih cepat, apa hari ini putri ayah nggak kuliah? Kau membolos?”
Dengan gagap dan salah tingkah gadis yang ternyata Rere menjawab “ma..maaf yah, hari ini Rere kurang enak badan jadi rere meliburkan diri te..terus matakuliah rere juga Cuma 2 jam. Tapi rere juga salah nggak bilang sama ayah, ja..jadi rere minta maaf.”
“baiklah, anak ayah juga sudah pandai berbohong. Apa sekarang Rere lagi jatuh cinta? Atau putus cinta?”
“ehh?? Kenapa ayah bisa ta---- ups” menyadari hampir kelepasan bicara, rere menutup mulutnya.
Sang ayah terkekeh melihat tingkah rere, walaupun sudah besar ternyata masih sama dengan putri kecilnya. “hahaha, ayah memang pria sibuk tapi bukan berarti tak mengetahui apapun tentang putri kecil ayah, My princess.”
Dengan kesal rere mencubit kecil lengan ayahnya. “aku sudah besar yah! Lihat aku berbeda dengan princess ayah yang dulu. Sekarang princesess ayah berubah jadi queen. Hohoho.” Ucapnya dengan mencondongkan dan membanggakan diri.
“apanya yang berubah? Oh iya, tinggi badanmu berubah 42 cm.” jawab sang ayah dengan nada meremehkan.
“jangan sebut yang ituuu…!!!” hiks ayah tega sekali. Lanjutnya dibatin.
“hahaha, oke oke.” Mereka tertawa dan saling bercanda. Mereka melakukannya seperti melepaskan rindu masing-masing. Kesibukkan sang ayah dan kegiatan Rere, mereka hanya memiliki sedikit waktu dan peluang untuk saling berbicara akrab. Mereka saling menyayangi layaknya keluarga normal. Ya, keluarga normal.
Ayah menghentikan tawanya, dan merubah suasana menjadi tegang dan serius. “Re, ayah dipindah tugaskan ke jepang. Minggu depan kita berangkat. Ayah sudah mendaftarkanmu ke universitas. Dan disana kamu bisa lebih sering mengunjungi mama.”
“a..apa? minggu depan?” kaget. Tentu saja. Mendadak dan tanpa persiapan. Namun sekelebat bayangan beberapa hari yang lalu membuatnya berubah pikiran. “baik, Rere mau.” Jawabnya tenang.
“hemm, persiapkan dirimu. Ayah harus pergi kekantor buat mengurus kepindahan kita.”
“jadi ayah pulang Cuma mau bilang hal itu ke Rere?”
“tentu saja, ayah nggak mau memaksa kamu jadi ayah mau mendengar pendapatmu.”
“ayah udah makan siang?”
“sudah my princess, dadah.” Rere mendengar mobilnya ayahnya menjauh, pertahanannya pun runtuh. Ia menangis. Lagi dan lagi.

Pelangi akan muncul saat hujan berhenti. Matahari akan muncul saat badai dan petir menghilang. Bunga akan mekar saat salju tak lagi turun. kebahagian akan dirasakan saat penderitaan dan cobaan telah dilalui.

Hari demi hari dilewati Rere dengan normal, beraktifitas normal, berbicara normal, bercanda dengan normal dan tersenyum dengan normal. Semua dilakukan sebagai perlawanan rasa sakit yang dirasakannya. Mereka tak tahu bahwa dibalik candaan yang dikeluarkannya hanyalah benteng rasa sakit akibat takdir atau mungkin cobaan hidupnya. Kesepian dan kehilangan.
Tak terasa seminggu telah berlalu, jadwal kepindahannya pun telah tiba. Saat ini, ia duduk dibandara menanti ayahnya yang sedang berbicara dengan relasi dan atasan beliau. Ditatapinya smartphone dengan wallpaper kucing. Bodoh. Ia adalah perempuan terbodoh, mengharapkan sesuatu yang mulai ia lupakan.
“ayo, udah waktunya.” Suara ayah, membangunkannya kembali dari alam bawah sadar.
Tersenyum. Ia menatap kearah jendela.  “iya.” Jawabnya. Lalu ia pun berdiri dan melangkah menuju kearah kehidupannya yang baru. Sesuatu yang baru harus diawali dengan hal yang indah, ya kan ? jadi tak ada salahnya sekarang ia tersenyum. Senyuman untuk masa lalunya dan senyuman untuk masa depannya.
……Disisi lain…..
“hari ini kita nonton film romance aja ya honey.” Suara manja khas perempuan terdengar begitu menjijikan untuk dirinya.
“hon..”
“hon..”
“honey!”
“woy Donny!” kesal karna diabaikan, sadar atau tidak sekarang perempuan itu berteriak didepan telinga sang pacar.
“ck, gue denger lo kali Win, gausah pake teriak. Nggak malu tuh diliatin orang banyak? Dasar cewek kampungan. Ngaku kaya tapi tingkah kayak orang hutan. Mungkin attitude mereka lebih baik dari lo.”
“kok jadi gue yang dimarahin sih, ini gara-gara lo yang daritadi kebanyakan melamun.”
“terserah lo, sekarang gue mau pulang. Lo masih mau nonton atau ikut pulang, terserah lo.”
“hah? Pulang? Kita baru aja sampai.”
“boam.” Jawabnya acuh.

Jalanan ibukota metropolitan tak luput dari waktu. Walaupun jam sudah menempati angka 9 yang tentunya langit sudah sangat gelap. Dihiasi dengan aneka ragam cahaya warna-warni dibumi maupun dilangit. Tak butuh waktu yang lama akhirnya mobil itu sampai ketempat tujuannya. Turun dari mobil lalu membuka pagar rumah yang terkunci dan memencet bel rumah. 5 menit sudah dilakukannya dengan memencet dan mengetok pintu rumah tersebut. Tak ada satu orang pun yang keluar. Saat kesal dan lelah memuncak, suatu kebetulan ada seorang keamanan yang berkeliling. Ia pun bertanya kepada keamanan tersebut. Jawaban yang dilontarkan oleh keamanan yang bernama supri membuatnya terpekik terkejut.
Menyesal. Dia menyesal. Semua rencananya hampir selesai, namun bukanya keberhasilan yang didapatnya malah kehilangan lah yang ia peroleh.
Kini ia sadar, rencana yang ia pikir akan membawa bahagia kini malah kepergian sang pujaan hati didapatkannya.
“maaf, aku hanya ingin mengujimu. Aku tak ingin mengacuhkanmu. Itu juga menyiksaku. Berdekatan dengan wanita lain didepanmu dan masang wajah dingin dihadapanmu. Sangat menyakitkan. Sekarang kamu pergi, tak ada satupun kata-kata perpisahan. Andai saja, aku ingin sekali membuatmu bahagia. Katanya kita akan bersama selamanya, janji kita berdua. Dan nyatanya kamu pergi. Karna kebodohanku yang meragukanmu.”  Hanya kata-kata rutukkan juga penyesalan yang mampu dilontarkannya. Ia tak dapat berpikir dengan tenang. Malaikat manisnya pergi. Dan itu karna rencana bodohnya.
“jika kau pergi, maka yang harus kulakukan adalah membuatmu kembali. Kupastikan saat itu kau hanya untukku. Milikku. Kita bersama selamanya, my princess. Tunggu pangeranmu untuk menaiki tahtanya dan menjemptmu ke istana kita berdua, sayang.” Ucapnya dengan senyuman absolut   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar